Get Gifs at CodemySpace.com

Sabtu, 10 Desember 2011

Cinta Dan Benci

Aku memang pernah benci pada seseorang !
Namun, tak ku biarkan benciku itu kian membara dalam hati ini..
Karena aku tak ingin rasa benciku ini, berubah menjadi rasa cinta !
Begitu juga saat ini !
Aku tak ingin terlalu mencinta kepada seseorang..
Karena aku tak mau rasa cinta suciku yang tulus,
Berubah menjadi benci yang merasuk dalam hati !

Cinta, aku tak mau sakit lagi..
Cinta, jangan racuni aku lagi..
Aku tak mau mati begitu saja karenamu...
Oh, Cinta ! Jangan tinggalkan aku dalam tangisan..

Cinta, cinta, cinta.. Oh, Cinta !!
Kepergianmu kini buatku harus menangis lagi..
Kau datang dengan indah pada awalnya
Tetapi cukup menyakitkan ketika kau tinggal..
Cukup membuat luka di hati kecilku ini !

Dengan Cinta Ku belajar segalanya...
Keikhlasan,
Kejujuran,
Kesetiaan,
Kesabaran,
Kedewasaan,
Pengertian,
Pengorbanan,
Tanggung jawab,
Mungkin, ada saja yang belum kusebutkan !
Namun, cukup bagiku itu saja, yang telah wakilkan segalanya..

Ku cintaimu, tapi juga membencimu..!
Karna sesuatu pastinya !
Kau yang slalu terkenang dalam hatiku untuk selamanyaa..

CINTA
(⌣́_⌣̀)

Maafkan Aku :(

Kau jiwa perenggut hatiku..
Kau sosok yang memaksa tuk masuk dalam hatiku..
Ku tersiksa oleh cintamu..
Aku sakit karenamu...

Kau raja di hatiku..
Kau penguasa dalam wilayah hatiku..
Kau pemilik tahta di singgasana hatiku..
Aku mohon dengan segla kerendahan hati..
Ku mohon padamu..
Tinggalkanlah hatiku sesegera mungkin..
Hengkanglah dari singgassana hatiku..
Segera lepaskan mahkota raja hatiku..

Aku, yang tak pernah menobatkanmu jadi raja di hatiku..
Tak ingin menyakitimu lebih lama lagi..
Aku tak bisa cintainmu dengan setulus hatiku..
Seperti ku cintai dia yang lalu..
Maafkan aku..

Mungkin ini bisa kau jadikan alasan, aku tlah menyakitimu...
Tapi satu yang perlu kau ketahui,
Aku jauh lebih sakit darimu !
Mengertilah akan kondisi hatiku..
Dan ku harap, kau rela maafkan aku... dan lepaskan aku !

Kata Hatiku, Untukmu..

Wahai sosok yang tlah patahkan sayap-sayap cintaku !

Sayap-sayap cinta yang aku biasa dengannya terbang tuk mencari cinta..

Kini tlah patah oleh sosok dirimu yang indah dalam hatiku..

Tak mungkin lagi bagiku tuk cari cinta yang lain untuk mengindahkan hatiku !

Karena aku tlah miliki dirimu..

Dirimu yang mengindahkan cinta..dan hatiku !

Meski kau belum seutuhnya milikku..

Dirimu yang tlah terangi singgasana hatiku..

Tetaplah di hatiku untuk selamanya..

Minggu, 05 Juni 2011

Akhir Perjalanan Dhyta Yang Malang

“Halo, Assalamu’alaikum!”

“Ya, halo! Walaikum salam!”

“Bisa bicara dengan ibundanya Dhyta? Saya guru dari sekolahnya Dhyta!”

“Ya, saya sendiri. Ada apa ya, Bu?”

“Itu, Bu! Dhytanya pingsan di sekolah. Mohon ibu segera ke sekolah.”

“Astaghfirullah hal’adzim, baik Bu! Saya akan segera kesana. Terima kasih informasinya. Wassalamu’alaikum, Bu!”

“Sama-sama, Walaikum salam, Bu!”

Bu Indah tergesa-gesa mengetahui bahwa putrinya pingsan di sekolah. Dan baru disadari, kalau tadi pagi Dhyta sedang datang bulan. Bu Indah segera menuju kotak obat dan mengambil obat yang biasa diminum Dhyta kalau sedang nyeri haid seperti saat ini. Dan langsung saja Bu Indah meluncur ke sekolah Dhyta.

Sementara itu, di sekolah Dhyta………….

Bu Iffah dan Tiara yang menangani Dhyta panik, sebab sakit Dhyta semakin menjadi. Untungnya saja Bu Indah, ibundanya Dhyta sudah tiba di sekolah. Bu Indah membawa obat dan teh manis hangat untuk Dhyta. Bu Indah segera mendudukkan Dhyta dan meminumkan obatnya tadi. Dan karena obat yang dikonsumsi Dhyta itu dosis tinggi, sakit yang dirasakan Dhyta berangsur-angsur reda, dan Dhyta pun diizinkan untuk kembali ke kelasnya. Lalu Bu Iffah mengajak bicara ibunda Dhyta.

“Maaf, Bu! Bisa bicara sebentar?”

“Ehm, iya! Bisa, Bu! Ada apa lagi ya?”

“Begini, Bu! Saya mau Tanya, kira-kira Dhyta ini sakit apa ya, kalau saya boleh tahu?”

“Saya sendiri belum tahu, Bu! Soalnya, dari cerita teman suami saya yang anaknya juga seperti Dhyta itu, cuma diminumkan obat ini, Bu! Dan hasilnya langsung bisa sembuh.”

“Boleh saya lihat sebentar?” pinta Bu Iffah.

“Ehm, iya boleh, silakan!” jawab Bu Indah sambil menyodorkan obat milik Dhyta.

Sambil dicermati, Bu Iffah mengatakan kalau obat tersebut dosisnya tinggi dan menyebabkan kecanduan seperti yang dialami Dhyta saat ini. Bila tidak mengkonsumsi obat tersebut Dhyta akan mengerang kesakitan. Bu Iffah menyarankan Bu Indah untuk segera membawa Dhyta ke dokter spesialis kandungan. Dan kebetulan, Bu Iffah ini punya kenalan seorang dokter spesialis kandungan. Kemudian Bu Iffah member alamat tempat praktiknya dokter tersebut.

“Dokter Johan? Sepertinya saya pernah tahu. Kalau tidak salah, beliau dulu yang menolong proses persalinan saya!”

“Iya, Bu! Beliau ‘kan memang dokter kandungan!” kata Bu Iffah meyakinkan ibunda Dhyta.

“Ya, sudah Bu! Saya pamit undur diri. Terima kasih informasinya. Assalamu’alaikum!” ucap Bu Indah izin pulang.

“Iya, Bu! Sama-sama. Walaikum salam!”

►♥◄

Ketika di rumah, Bu Indah segera menelepon suaminya, dan memberitahu bahwa Dhyta harus segera diperiksakan kandungannya. Bukan karena hamil, tetapi mengingat keadaan Dhyta yang selalu kesakitan ketika sedang datang bulan. Suaminya, Pak Bayu menyetujuinya dan berencana besok segera membawanya ke dokter spesialis kandungan yang sudah disarankan Bu Iffah tadi. Kemudian Bu Indah segera mengirim pesan ke Dhyta, memberitahunya kalau besok harus siap-siap ke tempat praktik dokter Johan untuk memeriksa kandungannya. Dhyta kaget seketika, yang ada dipikiranya malah ibundanya mengira kalau dirinya hamil. Dan segera menolak saran ibunya.

Bun, Dhyta ‘kan gak hamil

Masak, periksa kandungan sih!

Bunda Dhyta tertawa membaca balasan Dhyta dan segera menjelaskan maksudnya.

Iya Dhyta Bunda tau kamu gak hamil

Maksud bunda, periksa keadaan rahimmu.

Ada apa, kok kamu kalau haid mesti sakit, gitu!!

Dhyta baru mengerti apa mau ibundanya. Dan keesokan harinya, Dhyta dan ibunda bersiap-siap berangkat ke tempat Dokter Johan. Sementara, Ayah Dhyta, Pak Bayu berangkat kerja dan kedua adik Dhyta si kembar Vernita dan Vinita berangkat sekolah. Untuk hari ini, Dhyta izin tidak masuk sekolah.

Setibanya di tempat praktik Dokter Johan, Ibunda Dhyta dan Dhyta segera memasuki tempat praktik tersebut. Banyak ibu-ibu hamil mengantri. Mereka berdua mengantri, menunggu giliran diperiksa.

Ketika telah mencapai gilirannya, Dhyta merasa ketakutan, ada perasaan gelisah dalam hatinya. Ketika Dokter Johan menanyakan keluhan Dhyta, Dhyta bingung untuk menjawabnya. Namun, daripada mengulur waktu, Dhyta tiba-tiba nyerocos saja seadanya.

“Begini ya, Dok! Saya ini, kalau lagi datang bulan itu mesti terserang nyeri haid, kalau lagi sakit banget dan saya tidak bisa menahan sakit itu, saya bisa sampai pingsan, Dok! Kira-kira saya itu dihinggapi sakit apa sih, Dok?”

Bu Indah melongo mendengar penjelasan Dhyta yang panjang lebar dan dalam tempo yang sangat cepat, sedangkan Dokter Johan tertawa kecil melihat Bu Indah melongo.

”Gini ya, mbak Dhyta, saya belum bisa memastikan penyakit yang diidap oleh mbak Dhyta ini. Sedangkan, secara umum, nyeri haid itu sudah sangat wajar. Mari, di USG dulu, mbak!”

Sesaat kemudian, Dhyta berbaring di tempat yang telah disediakan untuk USG. Seorang perawat Dokter Johan mengoleskan sesuatu di sekitar perut Dhyta, sementara Dokter Johan menyiapkan alat USG.nya. Kemudian, baru menjelajahi sekitar perut Dhyta. Muka Dokter Johan menampakkan ada yang janggal, alias muka merengut. Bu Indah tampak khawatir dan gelisah menunggu ucapan pertama dari mulut dokter Johan.

“Ehm, ada apa, Dok? Rahim anak saya baik-baik saja ‘kan, Dok?” tanya Bu Indah tiba-tiba.

“Sepertinya……, terdapat bakal kanker, Bu! Iya kanker rahim….!” kata Dokter Johan sedikit takut karena kekhawatiiran Bu Indah.

“Apa???” tanya Dhyta dengan teriakan yang sangat keras, seketika melonjak kaget tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan dokter Johan.

“Sabar, Dhyta…, kanker ini bisa sembuh total kalau rahim anda diangkat!” jelas Dokter Johan mencoba menenangkan Dhyta.

“Hah!!? Apa ? Diangkat? Nggak mau!! Apa nggak bisa di obati?” teriak Dhyta semakin lama semakin kencang.

“Oh, obat bisa saja… Namun, harganya cukup mahal. Obat ini berupa suntikan vaksin, dan vaksin ini mencegah menyebarnya virus HPV ke otak dan paru-paru, dan bila virus ini sudah menyebar ke otak dan paru-paru pasien, kankernya semakin parah dan memasuki stadium 4B. Ehm….untuk lebih lanjutnya, mari kita bicarakan di kantor saya!” jelas Dokter Johan yang membuat Dhyta semakin takut.

Ketika berada di kantornya, Dokter Johan mempersilakan Bu Indah dan Dhyta duduk. Lalu melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus tadi.

“Begini, Bu! Akan saya jelaskan virus HPV itu apa, dan apa hubungannya dengan kista ataupun kanker rahim. Virus HPV itu sendiri singakatan dari Human Papilloma Virus yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya sel-sel kanker yang terdapat pada organ intim seorang wanita. Tanda-tanda terinfeksinya oleh virus ini biasanya bermula seperti keputihan atau leukore, dan bila keadaan ini tidak segera membaik, virus ini akan memunculkan kanker rahim. Begitu juga dengan kista, yang mulanya hampir mirip seperti kanker rahim ini.”

Bu Indah manggut-manggut saja tanda ia paham dengan apa yang dibicarakan oleh Dokter Johan, sementara Dhyta makin ciut saja ia. Membayangkan apa yang terjadi selanjutnya pada dirinya suatu hari nanti.

“Lalu harga vaksinnya berkisar berapa, Dok?” tanya Bu Indah yang ternyata juga khawatir dengan apa yang akan terjadi di lain hari nanti pada Dhyta, anaknya.

“Sekitar 950 ribu hingga satu juta, dan itupun belum biaya lain-lainya, Bu!! Jadi, ibu dan mbak Dhyta ini pilih operasi atau vaksin?”

“ehmm…, ada obat alternative lainnya lagi apa tidak, Dok? Mungkin seperti obat alami gitu??” tanya Bu Indah yang masih berusaha mencari jalan pintas untuk menyembuhkan Dhyta dengan cara yang higienis, praktis, efisien, dan lain-lain, pokoknya serba hemat. Hehehee..

“Ada sih, Bu! Namun efek penyembuhannya tidak langsung. Maksudnya, kanker yang terdapat di dalam rahim Dhyta ini masih berupa kista, namun sudah berukuran besar. Sekitar 10cm, Bu! Ibu bisa coba suplemen makanan yang banyak mengandung sayurannya, terus jinten hitam dan satu lagi benalu yang tumbuh di pohon teh..”

“Oh, ya! Saya lupa menanyakan keluhan lainnya pada mbak Dhyta. Tolong, mbak! Bisa sebutkan keluhan lain yang mbak rasakan selain nyeri haid??” tambah Dokter Johan tiba-tiba.

“ehm….apa ya? Oh, ya!! Itu, Dok! Punggung saya ini sering sakit, dan banyak yang mengira saya kena kanker tulang belakang, Dok! Trus, kadang-kadang nyeri pinggul gitu, Dok!”

“Wah, bentar mbak Dhyta! Saya mau tanya lagi, tungkainya sering sakit, nggak??”

“Tidak tuh, Dok! Kenapa, ya?”

“Anda sudah terkena kanker rahim stadium 1A, mbak Dhyta.. Sekarang anda pilih operasi atau vaksin??”

“Bun, obat alternative saja ya, Bun?? Dhyta takut kalau operasi ataupun vaksin, Bun! Lagian nanti kalau pilih operasi atau vaksin ‘kan mahal, Bun!!” rayu Dhyta yang ketakutan pada Bundanya.

“Baiklah, Dok! Anak saya pilih yang pengobatan alternative saja.” Kata Bu Indah kepada Dokter Johan.

“Ya sudah kalau begitu, Bu! Dan jangan lupa kontrol 1 bulan lagi. Untuk memastikan perkembangan kanker Dhyta.”

“Baik, Dok! Terima kasih!”

“Sama-sama, Bu!!”

►♥◄

14 hari kemudian…..

Obat yang telah dikonsumsi Dhyta untuk penyembuhan kankernya tak bereaksi sama sekali. Malah tanpa sepengetahuan Dhyta, kedua orang tuanya, dan Dokter Johan, obat tersebut menjadi racun dalam tubuh Dhyta.

Hari berganti hari, Dhyta tampak semakin kurus, nafsu makannya turun. Ia semakin lemah tak berdaya. Dan di suatu pagi hari, Dhyta bukan dalam masa haid, karena minggu lalu baru saja ia selesai haid. Namun, pagi hari ini ia mengalami pendarahan hebat. Tak ada yang mengetahui kejadian ini. Bahkan Dhyta sendiri pun tak menyadarinya.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.45, tak biasanya jam segini Dhyta belum bangun tidur, pikir bundanya. Lalu, Bu Indah menuju kamar Dhyta untuk membangunkannya. Ketika sampai di kamar Dhyta, Bu Indah shock melihat darah segar mengalir melalui vagina Dhyta dan membasahi tempat tidur Dhyta yang telah berubah warna menjadi merah menyala. Bau amis darah segera menjalar ke segala sudut kamar tidur Dhyta. Dhyta tampak pucat dan Bu Indah mengira bahwa Dhyta telah meninggal, padahal Dhyta masih pingsan tak sadarkan diri.

“Ayaaah…..Dhyta, yaaahhh….!!!!” teriak Bu Indah memanggil Pak Bayyu, suaminya.

“Ada apa, Bun?? Astagfirullah…. Ayo kita bawa ke rumah sakit saja, Bu!!” ucap Pak Bayu tergesa-gesa dan kebingungan.

Ketika sampai di rumah sakit, Dhyta segera dibawa ke ruang UGD. Para suster segera membersihkan darah yang masih saja mengalir deras dari vagina Dhyta. Dan salah satu suster segera memanggilkan dokter spesialis kandungan yang ternyata Dokter Johan. Dokter Johan kaget ketika melihat muka Dhyta yang pucat pasi, dan ia segera memeriksa denyut nadinya. Namun, ia kembali tersentak kaget ketika menyentuh tangan Dhyta yang sangat dingin diikuti kaki Dhyta yang memucat. Lalu ia segera memeriksa detak jantungnya, dan dengan muka sedih dan pasrah Dokter Johan berkata, “Innalillahi wa innailaihi roji’un…..” Kemudian seluruh badan Dhyta segera ditutupi kain serba putih. Sebelum dibawa ke kamar jenazah, Dokter Johan memberitahu apa yang terjadi dengan Dhyta pada kedua orang tuanya.

“Pak, Bu!! Kami telah berusaha menolongnya…… Namun, Allah menghendaki yang lain. Dhyta telah berpulang ke Rahmatullah. Dan saya sendiri belum memeriksa keseluruhan penyebab sepeninggalnya Dhyta, saya minta izin untuk mengotopsinya, Pak, Bu!?” kata Dokter Johan yang menampakkan duka citanya...

Bu Indah kaget dan menangisi kepergian putrinya. Bu Indah menjadi lemas tak berdaya.

“Silakan, Dok! Biar saya dan istri saya mengerti apa yang terjadi pada putri kami..” jawab Pak Bayu pasrah.

Satu, dua jam berlalu..

Dokter Johan dan perawat lainnya selesai mengotopsi Dhyta dan telah memperoleh data penyebab kematian Dhyta. Ternyata, yang dialami Dhyta beberapa jam yang lalu ialah pecahnya kantung kista yang telah membesar dalam rahim Dhyta yang menyebabkan Dhyta mengalami pendarahan yang begitu luar biasa hebatnya. Dokter Johan salah dalam memprediksi kista atau kanker rahimkah yang bersemayam di rahim Dhyta selama ini dikiranya sebagai kanker rahim. Dan penyebab kedua ialah Dhyta mengalami kekurangan darah, akibatnya ia menjadi pucat dan menyebabkan kehilangan oksigen yang diangkut bersama darahnya dalam otak dan paru-paru Dhyta.

Dhyta segera diantar ke rumah duka. Di rumah Dhyta, tampak adik-adiknya yang menangis mengharu biru mengelu-elukan kakaknya, Dhyta. Di sisi lain rumah Dhyta, tampak pula teman-temannya yang sepertinya tak percaya akan meninggalnya Dhyta. Dan seseorang yang spesial bagi Dhyta, Adhi, kekasih Dhyta begitu sedih dengan kejadian saat ini. Semuanya yang berada di sekitar rumah duka menangis seperti tak rela dengan kepergian Dhyta. Rupa-rupanya Dhyta ini sosok yang spesial bagi tiap orang yang mengenalnya. Namun tiada yang dapat menduga kapan dan dimana perjalanan hidup manusia akan berakhir. Dan di titik inilah perjalanan Dhyta telah berakhir.

►●◄

The End

►●◄

Jumat, 22 April 2011

SAHABAT DAN CINTA


SAHABAT DAN CINTA

Tersebutlah suatu SMA terfavorit di Surabaya. Pada suatu ketika, SMA ini sedang mengadakan Orientasi Siswa atau sering disebut MOS. Pendaftar di SMA tersebut sangatlah banyak. Namun, yang nantinya diterima di sekolah tersebut hanya berkisar tiga ratus lima puluh anak. Salah satu diantaranya ialah aku, Dea Pertiwi. Banyak yang bilang kalau aku itu anak yang pendiam. Tapi, sebenarnya juga tidak, kalau mereka benar-benar kenal akan diriku. Kalau lagi sendiri atau bad mood, aku suka membatin, meratapi nasib, atau terkadang menyesali sama apa yang telah aku perbuat. Karena itu, aku ingin sekali mempelajari cara baca pikiran orang lain. Mungkin dengan demikian, aku lebih mampu untuk mengurangi kesalahan yang sering aku perbuat selama ini. Selain itu, aku seringkali menciptakan sosok baru dalam imajinasiku untuk menemaniku saat aku sedih ataupun lagi sendiri. Nah, karena itu juga aku suka sekali mengoleksi novel-novel fantasi yang sedikit memaksaku untuk berimajinasi mengikuti ceritera yang tertulis dalam novel-novel yang kubaca. Di lain waktu, saat aku senggang, aku suka menulis puisi. Puisi tersebut kebanyakan berisi tentang keinginanku. Makanya, dalam puisiku itu terdapat banyak kata ‘andai’nya.. dan sebagian teman-temanku mengira kalau puisi yang aku tulis itu lagu baru. Terkadang aku heran sendiri, dari apanya juga, kok bisa-bisanya mereka mengira puisiku itu lagu. Hhhmmm… tidak apalah.., semoga nanti jadi lirik lagu beneran.

Di SMA favorit ini, SMA Tunas Bangsa, aku bertemu dan berteman akrab dengan beberapa anak, antara lain Putri, Elsa, Pipit, dan Chynthia. Menurutku, mereka itu teman yang fantastis. Karena, ketika dengan mereka, aku merasa gembira karena tertawa bersama, dan ketika ada salah satu diantara aku dengan mereka ada yang sedih, kita semua mencoba memberi solusi terbaik. Bahkan bila tak tertemukan solusi itu, kami larut dalam satu kesedihan itu. Dan masih banyak lagi yang tentunya selalu berhubungan dengan persahabatan dan cinta.

†††††††††

Suatu ketika, para kakak OSIS Senior mendata siswa yang ingin mengikuti pemilihan calon-calon anggota OSIS baru, banyak anak yang mengikutinya, termasuk aku. Dan ketika aku melihat kakak Ketua OSIS sedang berorasi singkat tentang OSIS, aku merasa ‘agak’ terpesona dengannya dan membuatku serius untuk mendengarkan orasi kakak Ketua OSIS itu.

Hhhhmmmm…. Jatuh cintrong pandangan pertama neh. Entah mengapa, aku ini anaknya gampang banget suka sama anak lain, dan yang paling parah, mudah banget untuk mengiyakan segalanya..

Para calon anggota OSIS baru akan di interview oleh kakak OSIS yang senior. Interview ini berlangsung setelah pulang sekolah, yang akhirnya membuatku telat pulang ke rumah. Interview ini selesai pada pukul empat sore. Aku dibuat bingung karenanya, karena takutnya nanti aku nggak bisa pulang gara-gara telat naik angkutannya. Sebenarnya, aku bisa saja bawa motorku yang ada di rumah, akan tetapi bundaku melarang untuk membawa motorku itu dengan segudang alasan yang dilontarkan kepadaku, dan jalan satu-satunya hanya menyuruhku untuk naik angkutan saja.

Dan…. Sepertinya salah satu kakak OSIS mengerti akan kebingunganku ini. Aku tahu dia juga menjabat sebagai ketua dari ekstrakulikuler musik di sekolahku ini. Dia yang selama ini aku dan beberapa temanku mencarinya, karena mau masuk di eskul yang dipimpinnya itu. Yang kutahu, dia bernama Yu….dha…. Dan banyak yang bilang kalau Yudha ini anak yang multitalenta, salah satunya mahir banget kalau lagi memainkan keyboard. Nah, dia juga yang membuatku ingin masuk eskul musik. Soalnya, aku di rumah juga suka main keyboard. Bedanya, aku belum mahir seperti kak Yudha ini. Waduh…. Apa aku juga mulai terpesona olehnya?? Oh, tidakkk…!! Parah banget aku ini.. Tiba-tiba kak Yudha menghampiriku dan bertanya.

“Mau pulang ya, dik?”

“Eemmmm…. Iya, kak! Tapi, kayaknya aku nggak bisa pulang, deh.. Soalnya, ini udah sore banget, kak!!”

“Lho?? Kenapa nggak bisa?? Kan tinggal pulang gitu..” tanya kak Yudha heran.

“Aku pulangnya ‘kan naik angkutan, kak!! Terus aku takut kalau angkutannya udah nggak ada lagi, gitu…” jawabku memelas.

Melihatku pasang muka melas, membuat kak Yudha tertawa kecil.

“Kenapa nggak minta jemput saja..??” tanyanya singkat.

“Oh, iya ya!! Haduuhh…. Maaf tadi keburu panik, kak!!” jawabku tersenyum malu.

Sambil menunggu jemputan, aku dan kak Yudha berbincang-bincang. Entah mengapa, kak Yudha lama-kelamaan yang dibicarain tentang cinta melulu.. Jadi serius banget ngomonginnya. Yang tanya pacar lha, Tanya ini itu lha.. terus yang minta nomor HPku lha. Tapi kalau yang ini aku kasih. Soalnya, mungkin saja sewaktu-waktu aku butuh dia.

Waduh…menakutkan juga kak Yudha ini. Jangan-jangan dia seperti aku juga.. Wah, kacau dong… Aku jadi bener-bener takut kalau bicara sama dia. Untung saja ayahku sudah datang menjemput. Jadi aku bisa menghindar dari tatapan mautnya yang seakan-akan seperti ingin menghipnotisku.

†††††††††

Ternyata nggak sewaktu-waktu aku dan kak Yudha saling menghubungi baik lewat pesan singkat maupun telepon, tetapi setiap saat. Makin lengket pula aku sama dia. Tiap hari selalu bersama. Seakan-akan udah nggak bisa dipisahkan lagi. Dan yang bikin tambah kacau ialah, banyak teman-teman banyak yang mengira kalau aku dan kak Yudha ini pacaran. Aku sih maklum saja, karena dari luarnya aku sama kak Yudha ini memang seperti sepasang kekasih gitu. Lain lagi dari dalam ‘hati’ masing-masing.

Suatu ketika, guru matematikaku memberi tugas untuk mengerjakan latihan-latihan soal. Saat aku melihat soal-soal tersebut dan mencoba mengerjakannya, aku merasa kesulitan. Akhirnya, cuma aku tulis soalnya saja dulu. Dan nanti akan aku coba untuk meminta bantuan ke kak Yudha, siapa tahu aja gitu dia bisa membantuku. Pulang sekolah aku menemuinya di depan kelasku. Aku utarakan maksudku yang ingin minta bantuan ke dia. Akhirnya, dengan tenang dia menerangkan kembali cara mengerjakan tugasku. Dan dengan tenang pula aku mengerjakan tugasku di samping kak Yudha.

Wadeuwh… deg-degan apa ini?? Merinding pula… aku ini kenapa sih?? Jangan-jangan aku mulai suka dia, lagi.

Aku segera pamit sama kak Yudha. Gara-gara udah nggak tahan rasa deg-deganku. Aku alas an kalau ada acara keluarga mendadak sama dia. Tapi, sepertinya dia mengerti apa yang aku rasain sekarang ini.

“Lho, kok buru-buru, dik?? Udah selesai ngerjain tugasnya apa??”

“Eeemmmm…udah kak!! Besok lagi aja dulu. Aku mau pulang dulu. Soalnya, bundaku menyuruhku pulang..” jawabku sedikit tegang.

“Ya, sudah.. hati-hati, dik!!”

Aku tak menjawabnya dan segera berlari keluar gerbang.

†††††††††

19.20

Dik, tadi kamu kenapa buru-buru?? Sprtiny ad yg qm smbunyiin driku.

Oh, za.. qw mau tnya s’suatu k qm dik..

Rasa deg-degan itu muncul lagi ketika aku membaca pesan singkat dari kak Yudha. Aku segera membalasnya dengan tangan gemetaran.

Ad acra keluarga ka’..,

Mau tnya ap ka’??

Satu menit, dua menit, tiga menit aku menunggu balasan darinya. Penasaran mulai menggelayuti perasaanku. Gelisah banget nunggu balasan darinya. Aku tersentak kaget oleh bunyi nada ringtone pada ponselku. Segera kubuka pesan yang masuk. Eeehhh…ternyata dari temanku yang tanya tentang PR. Ahhh.. bikin kaget saja. Setelah aku membalas pesan dari temanku itu, tak berapa lama kemudian masuk pesan baru dari kak Yudha. Dengan buru-buru aku membukanya, hingga membuatku hampir menjatuhkan ponsel kesayanganku yang satu ini.

Kamu td deg-degan yya dik..?? kenapa?? Qm jgn bhong sm aku yya dik…

Akku tau kok.., ad smcam gtaran dlm hati qm kan dik??

Qm love yya sm aku?? Ngaku aja dik.. nti aku lgsung ksh jwbnny kok..

Aku jujur nti jwbny..

Iy kn dik??

Aku bingung luar biasa.. darimana dia tahu apa yang kurasa ini?? Harus kujawab apa ini?? Sedang, diriku sendiri masih bingung dibuatnya. Iya?? Tidak?? Iya?? Tidak?? Iya?? Aduhh..aku pilih yang mana ini..?? Tiba-tiba, tanpa diperintah tanganku langsung mengetik satu per satu kalimat balasan.

Mungkin iya ka’…

Akuu sndri msh bngung ka’..,

Kakak apain akku che, kok smpai sprti nie??

Jwbny kakak ap??

Klo td jwbku iya??

Wah..tanganku ini…. Menuliskan kata ‘iya’. Aku jadi tambah bingung dan penasaran menunggu balasan dari kak Yudha ini. Terdengar Afgan menyanyikan lagu ‘Dia Dia Dia’, pesan baru masuk..

Sbnrnya……………..

.

.dari prtma kli qt brtmu, aq udh suka sm qm dik..

,tpi aku msh tkut buat blg k qm.

Dan jwbku juga love sm qm dik..,

.maukh qm jdi kekasihku mulai detik ini??

,qqu synk qm dik..,

Wow……secepat itukah dia ‘menembak’ku?? Aku makin bingung dan pusing sepuluh keliling. Harus kujawab apa apalagi ini…?? Ahh..tolak secara halus saja dulu.. Aku ingin tahu, apa dia benar-benar suka, love, sayang sama aku atau tidak.

Scpat inikh ka’??

Kpn2 aja dlu ka’… qw msh blm siap.

Setelah itu, tanpa kutunggu balasan darinya, aku langsung menuju pulau impian.

†††††††††

08 September 2010

Waktu terus berjalan tanpa henti, seperti kak Yudha yang tanpa hentinya menyatakan apa yang dia rasa kepadaku. Tak adil juga bila aku pendam terus rasa ini. Aku nggak tega bila melihat kak Yudha selalu murung ketika mendengar jawabanku. Bukan karena kasihan aku menerima kak Yudha sebagai kekasihku. Tapi, belum aku beri tahu kepadanya tentang apa yang kurasa. Aku berbagi cerita sama Putri dan Chynthia. Mereka menyuruhku untuk segera menjawab pertanyaan dari kak Yudha selama ini. Aku masih diam saja. Tiba-tiba, Putri mengambil ponselku dari genggaman tanganku dan mengetik pesan entah pada siapa ditujukan pesan itu. Tak lama kemudian, dari kejauhan kak Yudha nongol dan segera menghampiri aku, Putri dan Chynthia. Tak tahu kenapa juga, tiba-tiba kak Yudha menarikku, membawaku ke suatu tempat, kantin sekolah. Dia menyuruhku duduk di kursi yang tersedia di kantin. Dan kak Yudha memulai pembicaraan.

“Kamu mau ngomong apa, dik??”

Aku terlonjak kaget. Darimana dulu aku mulai bicara ini?? Aku masih terdiam. Tanpa bilang dulu, ia menyeretku ke markasnya, ruang musik. Dan mendudukanku di kursi depan keyboard kesayangannya.

“Adikku sayang…..kamu mau ngomong apa??”

“aakk…aa…aakku…..”

“Iya.. kamu kenapa??”

“Juga sayang kamu kak…”

Plong sudah rasanya aku mengucapkan kata itu tadi. Senyum kak Yudha langsung mengembang di bibirnya yang indah. Deg-degan yang sering kurasain selama ini sudah berkurang dengan sendirinya. Bel masuk terdengar. Aku dan kak Yudha segera menuju kelas masing-masing. Senang rasanya bisa mengungkapkan perasaan yang sudah lama kupendam.

Melihatku baru masuk kelas, Putri dan Chynthia segera menghampiriku dan menyerbuku dengan seribu pertanyaan. Aku yang masuk kelas dengan senyam-senyum sendiri, dibuat kaget dengan tindakan mereka.

†††††††††

Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hubunganku dengan kak Yudha menemui kendala, mulai dari putus nyambung lha, yang gossip ada pacar baru lha, dan lain-lain. Masalah datang silih berganti. Chynthia yang pertama kali mengerti akan masalahku dengan kak Yudha. Padahal belum aku belum kasih tahu ke siapapun tentang masalahku dengan kak Yudha ini. Dan ternyata, yang memberitahu tentang masalahku ini, tak lain adalah Maya. Yang aku dengar dari teman-temannya, Maya ini adalah mantan kekasih kak Yudha yang sampai saat ini masih suka sama kak Yudha. Chynthia mempraktekkan gayanya Maya saat memberitahu sebuah isu kalau dia dengan kak Yudha balikan lagi. Dengan ekspresi mata melotot, celingak-celinguk ke kanan kiri, berapi-api ketika menyampaikannya, ialah ciri-ciri orang yang lagi menyebarkan kebohongan, isu, ataupun gossip. Meskipun aku bisa menyimpulkan gerak-gerik yang dilakukan oleh Chynthia yang sedang mempraktekkan gaya si Maya, aku tetap nggak bisa menahan air mata yang kini telah menganak sungai di pipiku.

“Dea, kamu sabar saja dulu.. Aku belum bisa bantu. Aku ‘kan belum pernah pacaran. Jadi belum mengerti seluk-beluknya..” ucapnya sambil merangkulku..

Aku yang menangis sesenggukan di bahu Chynthia, tak henti-hentinya mengirim berbagai pesan ke kak Yudha. Apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan kak Yudha.?? Elsa dan Pipit masih bingung dengan apa yang terjadi padaku. Apalagi Putri, dia juga menemui kendala dengan kekasihnya sendiri.

Berhari-hari tak kudapat berita dari kak Yudha. Tak pernah aku bisa menemuinya di sekolah. Dia menghilang dariku. Meninggalkanku. Mengapa ini terjadi setelah ulang tahunku minggu lalu?? Kembali ke kebiasaanku, menulis puisi.

Tak pernah ingin tersakiti untuk yang kedua kalinya..
oleh sosok yang sama dalam hidupku...
Mencoba slalu bersabarr 'tika dahulu ia masih seringkali saktii aku,.
namun kini sungguh tak sanggup..,
Ku menangis sejadi-jadinya di tengah kesepian, kesendirian, kesunyian..tanpa dirinya..
Benar-benar hadiah yang menyedihkan..
tragis, pasca harii istimewaku..
.
Bila hidupku hanya untuk brsedih,
akku sungguh tak ikhlas lagii untuk hidup.
Bila hidupku hanya untuk berdampingan dengan kesedihan,
aku sungguh tak rela untuk hidup.
Bila hidupku hanya untuk disakitii & tersakiti,
aku sungguh tak ingin untuk bertahan hidup.
Izinkan aku untuk meninggalkan kehidupan ini.
Biarkan aku terbang bebas,
menuju tempat baru, alam baru, dan bersiap untuk pengalaman baru pula..
Meninggalkan semua yang ada disini.
.
Kalau aku tak kehilangan dia untuk selamanya...
Maka biarkanlah dirinya kehilangan diriku untuk selama-lamanya..
Meski rasa sayang dan cinta itu masih terasa.
Meski rasa itu masih terukir dalam lubuk hatiku yang terdalam..
Meski aku sungguh masih sangat berharap akan dirinya, untuk kembali kepadaku seutuhnya...
.
Aku tetap ingin membiarkan dirinya kehilanganku..
Aku tahu bukan jarak yang memisahkan aku dan dia,
ku mengerti bukan waktu yang memisahkan ku dan drinya,
Aku paham bukan ulah orang lain yang memisahkan kita,
_Maka hanya kematian saja yang memisahkan aku dengan dirinya..
.
ku tak bisa dusta atas rasa ini..
ku tak bisa sembunyikan cinta ini..
ku tak bisa pendam rasa sayang ini..
Aku akui aku masih inginkan dia..
Aku akui aku masih mencintainya..
Aku akui aku masii menyayanginya..
_namun, apakah dirinya juga seperti ini??
_apa dia masih memiliki rasa itu??
_apa dia masih mengingat janji-janji yang ‘tlah disepakati sudah??
_apa dia sanggup berkata iya?? Atas pertanyaan hatiku inii..

†††††††††

06 Januari 2011

Aahhh…percuma saja selama ini aku menunggu berita dari kak Yudha, dia sungguh-sungguh meninggalkanku.. melupakanku.. memutuskan hubunganku dengannya yang selama ini terjalin sudah. Aku terpuruk dalam kesedihan yang mendalam. Teman-temanku mengelilingiku semua, mencoba untuk menenangkanku.

“Udah, Dea…. Ikhlaskan kepergiannya!! Semoga dia tenang dengan yang baru..,” kata Chynthia agak ngawur.

“KAK YUDHA BELUM MENINGGAL,…..” teriakku sambil menangis.

“Siapa yang bilang meninggal?? Cuma ikhlaskan dia pergi.,” ujar Elsa tenang-tenang saja.

Kak Yudha memang nggak meninggal, cuma aku dan dia, tidak diizinkan oleh masing-masing orang tua untuk menjadi sepasang kekasih. Aku mengetahui ini dari Putri yang diberi informasi dari sumber terpercaya, kak Yudha sendiri. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri. Aku nggak mau mataku bengkak karena terus-terusan menangis. Aku mengusap air mata yang masih menetes dan meminta kepada Pipit untuk mengantarku ke kamar mandi sekolah untuk cuci muka. Di tengah perjalanan menuju kamar mandi siswi putri, Pipit menyodoriku selembar tissue.

“Dea, ini ada tissue. Udah, ya jangan nangiss lagi. Malu ah, masa udah gede masih nangis..!”

“Iya, Pit.. Makasih..!!”

“Dea,, daripada kamu teruss sedih kayak gini,, mending kamu segera lupain kak Yudha aja.. dan kalau kamu mau, aku punya temen cowok, yang jauh lebih keren, jauh lebih baik, dan jauh terlampaui mahir maen keyboard. Aku tahu kalo kamu tuh suka keyboardist ‘kan??” tambah Pipit panjang lebar.

Sejenak aku berpikir, memikirkan tiap jengkal kata yang baru saja diucapkan oleh Pipit. Menimbang-nimbang dalam hati, akankah ku’iya’kan juga tawaran Pipit ini?? Aku masih terdiam membisu saat tiba di depan pintu kamar mandi, kulirik sesaat Pipit yang tampak sedang menunggu jawaban dari mulut mungilku ini. Tanpa kusadari tiba-tiba aku menjawab.

“Ya, sudahlah Pit. Boleh-boleh saja tawaranmu itu. Lain waktu, temukan aku dengan temanmu itu.”

Oh,, tidak.. Mulut dan lidahku sudah ter-setting dengan kata ‘iya’. Bagaimana tidak aku menolak sosok yang ditawarkan Pipit kepadaku. Mengingat ciri-ciri yang tadi dijelaskan oleh Pipit dengan segala nilai lebihnya. Dan tiba-tiba aku tertawa keras, karena mungkin saja aku akan bisa segera melupakan ‘sumber kesedihan’ku itu. Pipit yang sedari tadi tenang-tenang saja ikut tertawa.

“Iiidddiihh… habis nangis langsung tertawa… wah..wah..wah… aku bakat jadi pelawak yya??” kata Pipit yang membuat pipiku menjadi merah merona layaknya tomat yang sedang matang.

“Nggak apalah, Pit, jadi pelawak. Kan bisa buat senyum sahabatnya yang lagi sedih ini..”

“Ya, itulah gunanya sahabat, teman, kawan, friends and friendship..!! Key?? Udah, usap tuh linang air matamu..!!”

“Makasih, Pit..!!” jawabku sambil merangkul Pipit sebagai tanda terima kasihku.

Usai sudah kisah cintaku dengan kak Yudha sang keyboardist pujaanku.

©TAMAT©